Terpilihnya Donald Trump kembali sebagai Presiden Amerika Serikat pada akhir Januari 2025 silam tentunya membuat banyak pihak khawatir akan masa depan Amerika Serikat (AS). Terlebih lagi dengan berbagai peraturan di bawah pemerintahan Donald Trump yang dianggap kontroversial.
Kekhawatiran masyarakat dan banyak pemimpin negara di dunia semakin menjadi dengan peraturan finansial yang baru saja disahkan oleh Trump. Peraturan ini dimuat dalam dokumen fact sheet bernama “The Golden Rule for Our Golden Age” terkait tarif impor global yang terbit pada 2 April 2025.
Dalam pernyataannya, Gedung Putih menyatakan bahwa metode penerapan tarif impor global merupakan metode AS guna menjalankan Golden Rule era Presiden Trump. “Tindakan penerapan tarif adalah cara kami meminta negara-negara lain untuk memperlakukan kami dengan cara yang sama seperti kami memperlakukan mereka. Ini adalah Prinsip Emas untuk Masa Keemasan Kami.”, kata pernyataan dari Gedung Putih.
Golden Rule for Our Golden Age oleh Presiden Donald Trump
Dalam golden rule yang dimaksud sendiri, terdapat empat poin penting yang dijelaskan oleh gedung putih. Diantaranya yakni:
- Akses masuk ke dalam pasar Amerika Serikat merupakan sebuah keistimewaan (privilege) dan bukan hak (right).
- Amerika Serikat tidak akan lagi mengesampingkan kepentingannya sendiri dalam menjalani perdagangan internasional, khususnya pada “janji-janji kosong” dari negara lain.
- Tarif resiprokal atau timbal balik merupakan salah satu alasan utama masyarakat Amerika Serikat mencoblos Donald Trump pada Pemilihan Presiden AS 2024 lalu. Hal ini merupakan batu pinjakan kampanye Trump sejak awal, dan tentunya akan diutamakan untuk bisa terjadi secepatnya setelah Donald Trump efektif menjabat.
- Pengadaan tarif impor global merupakan bagian penting dari rencana Trump di masa jabatan keduanya guna mengembalikan kerusakan ekonomi yang ditinggalkan oleh Presiden Biden. Tidak hanya itu, diharapkan pengadaan tarif ini juga membuka jalan AS menuju masa keemasan yang baru.
Kehadiran prinsip Golden Rule for Our Golden Age sendiri juga diharapkan bisa memperkuat kebijakan ekonomi di bawah pemerintahan Trump lainnya. Di antaranya seperti kebijakan energi yang lebih kompetitif, pemotongan pajak untuk tip, penghapusan pajak bagi manfaat jaminan sosial serta deregulasi, guna memacu kesejahteraan Amerika Serikat.
Dampak Tarif Dagang Baru AS ke Indonesia
Akibat dari penerapan tarif impor global ini, Indonesia kini terkena tarif timbal balik sebesar 32%. Meski demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani memastikan bahwa pemerintah Indonesia akan terus memitigasi dampak negatif dari impementasi tarif timbal balik sebesar 32%.

Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu Deni Surjantoro menekankan bahwa kebijakan ekonomi yang diterapkan Trump ini dilakukan pada negara dengan defisit perdagangan besar serta tarif yang lebih tinggi dibandingkan tarif AS (tariff gap). “Risiko Indonesia terkena tarif tambahan dari kebijakan ini relatif terbatas. Meski demikian, ancaman tarif tetap perlu diwaspadai.” ucap Deni.
Di satu sisi, kebijakan Trump ini membuka peluang baru bagi Indonesia. Negara lain yang terkena tarif resiprokal dari kenaikan biaya ekspor ke AS tentunya akan mencari pasar baru serta memiliki potensi relokasi industri ke negara lain yang dianggap lebih aman dari kebijakan tersebut, salah satunya Indonesia.
Deni juga menyampaikan bahwa momentum ini perlu dimanfaatkan Indonesia guna memperbaiki iklim usaha & investasi serta memperkuat daya saing domestik untuk menumbuhkan resiliensi perekonomian nasional. Namun, hal ini dikhawatirkan dapat memunculkan masalah baru dimana produk lokal buatan Indonesia tidak dapat bersaing dengan barang impor yang masuk dari luar negeri.
Keputusan yang diambil Presiden AS Donald Trump dalam menaikkan tarif barang impor tentu saja akan berakibat pada ketidakstabilan ekonomi dunia, mengingat bahwa Amerika Serikat merupakan salah satu negara terbesar di dunia. Masyarakat juga banyak berharap pada pemerintah agar dapat mengambil langkah tepat untuk meminimalisir dampak negatif yang diterima Indonesia berkat keputusan finansial ini.
Pemilik bisnis kini harus melakukan perhitungan risiko dengan lebih baik untuk meminimalisir terjadinya kerugian akibat keadaan geopolitik yang tidak menentu. Untuk melakukan perhitungan risiko yang komprehensif, tentu dibutuhkan informasi terbaru dan terpercaya terkait aktivitas dagang dunia.
Untuk menghadapi masalah tersebut, Trade Intelligence Indonesia hadir untuk membantu Anda. Dengan produk TradeInt dari Trade Intelligence Indonesia, Anda bisa mendapatkan berbagai informasi perdagangan internasional penting, untuk pengambilan keputusan yang lebih terpercaya.
Platform TradeInt hadir dengan berbagai fitur fungsional yang mudah digunakan seperti informasi detail dari Bill of Lading (B/L), informasi pengiriman barang dari seluruh pelabuhan di dunia, hingga data ekspor impor komoditas produk tertentu. Semua informasi yang tersedia di TradeInt juga didapatkan dari sumber terpercaya dan rutin diperbarui.
Ingin tahu bagaimana Trade Intelligence Indonesia bisa membantu bisnis Anda lebih jauh? Hubungi kami untuk dapatkan demo gratis secara langsung dengan tim kami!