Aluminium merupakan salah satu bahan logam yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Komoditas ini sering kali diolah menjadi panci, aluminium foil, lapisan botol minum, antiperspirant hingga keramik dan kembang api. Logam ini banyak digunakan karena sifatnya yang ringan tapi kuat, dan bisa menjadi konduktor panas yang baik.
Banyaknya penggunaan aluminium dalam kehidupan sehari-hari membuat komoditas ini menjadi salah satu produk yang sering dijual dalam perdagangan internasional. Indonesia sendiri dilimpahi dengan kekayaan sumber daya alam akan bahan dasar aluminium yakni bauksit. Melihat pertumbuhan dan perkembangan aluminium yang semakin tinggi di dunia, kini Indonesia juga turut serta menjadi salah satu negara pengekspor alumina di dunia.
Proses Pengolahan Alumina Indonesia
Terlahir dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia diketahui memiliki cadangan bauksit hingga 7,4 miliar ton bijih, 2,7 miliar ton diantaranya sudah siap dieksploitasi. Hal ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara dengan cadangan bauksit terbesar di dunia.
Cadangan bauksit ini sendiri tersebar pada beberapa bagian di Indonesia yakni Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Sulawesi hingga Sumatera.
Bauksit sendiri dikenal sebagai bahan dasar biji aluminium hingga bahan abrasif, kemasan makanan serta bahan tahan api. Aset bauksit yang banyak ini membuat Indonesia akhirnya memutuskan menjadi salah satu negara pengekspor alumina di pasar dunia, yang akan diresmikan pada April 2025 mendatang.
Direktur Utama PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP Nonpetikemas) Indra Hidayat Sani menyebutkan bahwa Presiden Prabowo Subianto sendiri yang akan melakukan pengesahan pada langkah signifikan Indonesia dalam industri alumina. Indra menjelaskan bahwa selama ini PTP Nonpetikemas mendukung pengangkutan bauksit dan alumina di Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) PT Borneo Alumina Indonesia (BAI). Menurutnya, alumina yang diproduksi di smelter itu siap diekspor ke negara lain.

Indra juga menyatakan rencana Presiden Prabowo Subianto untuk meresmikan smelter Freeport di Gresik, serta kunjungan Presiden Prabowo ke Kijing guna melihat ekspor perdana alumina. PTP Nonpetikemas sendiri berperan dalam melakukan bongkar muat bauksit dari kapal tongkang. Bauksit tersebut yang merupakan bahan baku pembuatan alumina.
Setelah dibongkar muat, bauksit kemudian diantar ke smelter BAI. Jaraknya sekitar 7 kilometer dari pelabuhan milik PTP Nonpetikemas. Kemudian bauksit akan diproses oleh BAI. Saat sudah menjadi alumina, PTP Nonpetikemas kembali mengangkutnya ke pelabuhan. Lalu alumina dimasukkan ke kapal tongkang.
Alumina tersebut nantinya akan dibawa ke PT INALUM, dengan pabrik pengolahan aluminium yang berada di Asahan.
Peresmian ekspor alumina Indonesia diharapkan bisa menjadi langkah tambahan agar para penggiat usaha bisa mengembangkan bisnis mereka ke luar negeri, dan juga mendukung kekuatan perekonomian Indonesia di tengah ketidakstabilan ekonomi. Besar harapan agar Indonesia nantinya bisa berkembang menjadi salah satu negara penyuplai alumuina terbesar di dunia.
Tertarik untuk memperbesar cakupan usaha Anda ke luar negeri namun bingung harus mulai darimana? Trade Intelligence Indonesia hadir untuk membantu Anda. Dengan produk TradeInt dari Trade Intelligence Indonesia, Anda bisa mendapatkan berbagai informasi perdagangan internasional penting, untuk pengambilan keputusan yang lebih terpercaya.
Platform TradeInt hadir dengan berbagai fitur fungsional yang mudah digunakan seperti informasi detail dari Bill of Lading (B/L), informasi pengiriman barang dari seluruh pelabuhan di dunia, hingga data ekspor impor komoditas produk tertentu. Semua informasi yang tersedia di TradeInt juga didapatkan dari sumber terpercaya dan rutin diperbarui.
Ingin tahu bagaimana Trade Intelligence Indonesia bisa membantu bisnis Anda lebih jauh? Hubungi kami untuk dapatkan demo gratis secara langsung dengan tim kami!